Minuman Herbal Penambah Nafsu Makan

Ketika Harus Memilih Minum Herbal atau Obat Kimia!!!

Upacara Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2016
Ini kisah saya yang terus melekat dalam benak hingga detik ini. Setelah saya baca hingga selesai, Alhamdullillahirobbal'alamin…bahwa Allah telah melunakkan kembali hati ini, betapa berartinya pasangan hidup saya selama ini. Terimakasih isteriku…apa yang telah engkau lakukan untuk kami, adalah perjuangan yang sangat besar dan mulia. Semoga Allah senantiasa menyayangimu, mengasihimu dan kelak menempatkanmu dalam surga-Nya atas pengorbananmu dalam mengarungi hidup bersamaku. Amiin… 

Jumat malam bulan kedua tahun 2017, Setelah hujan lebat mengguyur Banyuwangi, gerimis masih turun. Saya memacu sepeda motor megapro dengan kecepatan sedang dari Universitas Bakti Indonesia - Cluring disekitar Jalan Raya Jember - Sraten menuju rumah di Pesanggaran Pulau Merah. Kerja penuh seharian di SMA Negeri 1 Pesanggaran berlanjut memberikan kuliah di Universitas dengan jarak tempuh 32 km pulang-pergi, membuat saya amat lelah hingga di sekitar daerah kota Jajag mata saya terasa berat. Rasanya tidak bisa dibuka lagi. Saya kehilangan konsentrasi dan membuat saya harus menepikan motor dan melepas kepenatan di trotoar pertokoan di seberang Toko Elektro Bejo Jajag. Saya lihat jam sudah menunjukan pukul 10.15 malam. 

Keadaan jalanan agak lumayan sepi, maklum di desa. Kalau pas hujan seperti ini, lebih baik duduk manis di rumah bercengkerama bersama keluarga. Saya mencoba telepon isteri saya karena mungkin akan terlambat, tapi tidak juga diangkat. Mungkin lagi enggak dengar kali. atau tertidur, sudahlah...kasihan,"pikir saya. 

Sedikit kaget begitu telepon saya masukkan ke saku celana, baru saya menyadari jika sedari tadi ada seorang ibu muda penjual jagung bakar memeluk seorang anak lelaki kecil berusia sekitar 9 tahun melihat ke arah saya agak lama. Tampak jelas sekali mereka kedinginan dan lelah, sambil tangan satunya membolak-balikkan jagung yang dibakar. Saya terus memperhatikannya dan tanpa terasa airmata saya berlinang dan teringat anak saya (Ananta) yang masih duduk di kelas 4. Pikiran saya terbawa dan menerawang jauh, “Bagaimana jadinya jika yang berada disitu adalah isteri dan anak saya?”

Sambil menyuruh anaknya minum obat toko karena tidak mau makan, ibu tersebut menawarkan jagung bakarnya. Saya tidak menolak dan langsung mengambil jagung bakar yang masih panas. Pada saat itu saya baru sadar bahwa anak lelakinya meringkuk kedinginan dan giginya bergemeletuk diatas tikar trotoar pertokoan.

“Tunggu sebentar disini bu!” pinta saya. Saya berlari kecil ke tukang jualan minuman yang tidak jauh dari tempat tersebut dan saya meminta air putih hangat padanya. Saya keluarkan dari saku celana minuman sachet Herbadrink Sari Temulawak yang masih tersisa satu, saya tuangkan kedalam gelas dan segera saya kembali memberikannya kepada ibu tersebut. “Ini bu,.. kasih ke anak ibu sari temulawak biar hangat badannya dan juga untuk menambah nafsu makan!” selanjutnya mereka meminumnya berdua.

Saya tunggu sejenak sampai mereka selesai. Saya hanya diam memandangi gelapnya malam sambil sesekali menengadah ke arah langit mencari bintang yang tak ada. “Bapak, terima kasih banyak, mau menolong saya,” Sesaat kemudian ibu tersebut membuka percakapan. "Ah, tidak apa-apa, ngomong-ngomong ibu pulang kemana? Tanya saya". Ibu itu menjawab"Saya tinggal di Dusun Bulusari tapi…(dia menghentikan bicaranya), Bapak pulang bekerja? dia balas bertanya.

“Inggih,” jawab saya singkat.

“Kenapa sampai larut malam pak, memangnya anak isteri bapak tidak menunggu? Tanyanya lagi. Saya diam sejenak karena agak terkejut dengan pertanyaannya.

Lokasi Wisata Singaraja - Bali
“Terus terang bu, sebenarnya selama ini saya merasa bersalah karena terlalu sering meninggalkan mereka berdua. Tapi mau bilang apa, rasa tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga dan kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi membuat saya harus bekerja lebih giat. Saya hanya berharap semoga Allah terus melindungi mereka selama saya mencari nafkah.” Mendengar jawaban saya si ibu terisak, saya jadi serba salah. “Bu, maafkan saya kalau saya salah omong. Airmatanya berlinang sambil mengencangkan pelukan ke anak lelakinya.Ternyata suaminya telah meninggal.

Karena perasaan bersalah, saya segera keluarkan uang limapuluh-ribuan 2 lembar dan saya berikan padanya. Dia berusaha meraih dan ingin mencium tangan saya, tetapi cepat-cepat saya lepaskan. “Ya sudah, ibu ambil saja, tidak usah dipikirkan!” saya berusaha menjelaskannya. 

Tidak selang berapa lama tiba tiba anaknya berdiri sambil mendekat ke arah saya. Saya tersenyum sambil berkata "Udah enakan sekarang, nak? Hangatkan rasanya minuman itu. Lain kali ditahan dulu deh..jangan sering minum obat kimia, lebih baik gunakan yang tradisional dulu," sambil mata saya melirik kearah ibu penjual jagung bakar. "Jaga ibumu dan berbuatlah yang terbaik untuk ibumu ya....". Ibu itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada saya.

Tidak berapa lama saya berjalan agak menjauh dari mereka. Badan juga mata yang sudah sedikit fresh membuat saya ingin segera melanjutkan perjalanan ke rumah. Akhirnya saya putuskan untuk segera pulang dan meninggalkan ibu serta anaknya tersebut dengan perasaan lega. Helm saya pakai,motor kesayangan saya hidupkan dan mulai membelah malam. Karena saya tidak ingin isteri serta anak-anak saya cemas menunggu dirumah. .

Selama dalam perjalanan ke arah Pulau Merah, saya terus  berusaha berkonsentrasi mempertahankan mata ini tetap terbuka. Udara yang menerpa badan benar-benar terasa menusuk tulang apalagi saya tidak mengenakan jaket dan raincoat plus gerimis kecil sepanjang jalan. Sesampainya di halaman rumah, saya menelepon kembali memberitahukan ke isteri saya kalau saya sudah di depan rumah. Pintupun dibuka, setelah mengucapkan salam sambil saya masuk kedalam ruang tamu, saya ceritakan pengalaman yang barusan terjadi. Isteri saya tersenyum dan memberikan segelas minuman hangat Herbadrink Sari temulawak. Seraya berkata dengan lembut. “Mungkin Allah memang menggariskan jalan seperti itu. Mudah-mudahan ibu tadi dimudahkan segala urusannya. Dan kita harus tetap istiqomah untuk membantu orang lain. Jangan lupa stamina harus tetap dijaga, ya Mas."

Kisah ini belum berakhir sobat. Karena sampai detik ini isteriku dan anak-anakku masih melukis kehidupan di dunia bersamaku. Meraih impian dalam kebersamaan .................


 http://herbadrinknatural.com/saritemulawak


14 comments:

  1. wah... ceritanya sangat menarik.
    jadi pengen coba minumannya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sudah dijual apotik-apotik terdekat loh..namanya Herbadrink Sari temulawak

      Delete
  2. p.ipung jual minuman tradisional?

    ReplyDelete
  3. Pak memangnya beneran jualan minuman herbal drink?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar...coba aja dulu..gunakan yang traditional dengan kemasan modern

      Delete
  4. Pak tolong minuman herbalnya dibagi dong! Saat upacara

    ReplyDelete
  5. Pak tolong minuman herbalnya dibagi dong! Saat upacara

    ReplyDelete
  6. Kisahnya bagus sekali pak.... tapi lebih bagus lagi klo hebadrink sari temulawaknya dibagi :D

    ReplyDelete
  7. Selain rasa temulawak jenis herbadrink yg lainnya apa??

    ReplyDelete
  8. Replies
    1. Jika itu adalah kisah kita memang terasa sekali ketika kita ceritakan.Cobalah untuk membuat kisah sejarah diri Anda. Terima kasih

      Delete

Powered by Blogger.